Senin, 26 April 2010

Ketika Allah Terasa Jauh

"Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak disana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak nampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23 : 8-10)

Setiap Kristen pasti pernah merasakan bahwa Allah jauh. Setidaknya sekali, bahkan mungkin beberapa kali. Memang terasa sangat berat. Saat kita bangun dan merasakan kehampaan, berdoa tidak merasakan hadiratNya, menyembahNya namun tetap merasakan kosong.

Tuhan pernah berjanji, bahwa Ia sekalipun tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita (Ibr 13:5b). Namun, Ia tidak berjanji bahwa kita akan selalu merasakan hadiratNya.

Ayub paling mengerti hal itu. Dalam ketiadaan hadiratNya, Ayub masih dapat percaya dan berpegang pada janjiNya. Ayub mempercayai Allah begitu rupa, sehingga Ayub dapat menumpahkan isi hatinya kepada Tuhan. Ayub percaya bahwa Tuhan akan membiarkannya menumpahkan isi hatinya, dan Tuhan akan tetap mengasihinya.

Saat kita merasakan kehampaan, tetaplah beriman padaNya. Ketiadaan Allah adalah sebuah proses untuk mendewasakan kita. Tetaplah setia, dan Tuhan akan menemukan, bahwa hati kita murni seperti emas.

Tuhan memberkati...


But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar