Selasa, 26 Januari 2010

Sahabat-Sahabat Karib

Ia baru berusia sembilan belas tahun ketika tubuhnya yang babak belur dilemparkan dengan kasar ke dalam sel penjara di bawah tanah. Tidak ada penerangan di sana. Apa yang diketahuinya ialah bahwa ia berada di bawah tanah. Lantainya basah semua.

Baunya mengatakan bahwa itu adalah kotoran manusia. Tikus-tikus dan binatang-binatang kecil ada di mana-mana. Tidak ada tempat tidur, jadi jika ia ingin beristirahat, ia harus duduk di atas kotorannya sendiri dan kotoran orang lain sebelumnya.

Ketika ia duduk di lantai, ia merasakan sesuatu yang hangat mengalir di lengannya. Ia menyentuhnya dan untuk pertama kali ia sadar bahwa ia masih berdarah akibat deraan.

Tubuhnya mulai membengkak akibat deraan. Perlahan-lahan, sambil berjongkok untuk tidak terlalu banyak bersentuhan dengan lantai, ia mulai mengucap syukur kepada Tuhan bahwa ia layak menderita bagi-Nya.

Apa yang harus dilakukannya ialah menyangkal Juru Selamatnya, tetapi ia menolak, dan kini ia berada di sana -- sendirian, didera dan menitikkan airmata sukacita ketika selnya menjadi rumah damainya.

Dengan diam-diam ia meminta hikmat dan kekuatan kepada-Nya, bukan agar dikeluarkan dari tempatnya yang mengerikan itu, tetapi bahwa di mana pun Ia menempatkannya, ia akan dapat terus memberitakan Injil bagi Tuhannya.

Kisah Ny. Chen dari China ini dilukiskan dengan hidup oleh teman baik saya, Carl Lawrence, dalam bukunya yang mengharukan "The Church in China".

Pertama kali saya mendengar kesaksian Ny. Chen ini, ia menambahkan,

"Di dalam penjara saya sampai pada satu titik di mana saya katakan kepada Yesus bahwa saya mengasihi-Nya hanya untuk diri-Nya, bukan untuk apa yang dapat dilakukan-Nya untuk saya atau untuk apa yang dapat saya peroleh dari-Nya."

"Ketika ia duduk tenang menyanyikan pujian, Tuhan memberinya sebuah pesan: 'Ini haruslah menjadi pelayananmu."

"Tetapi," dalihnya, "saya sama sekali sendirian. Kepada siapa saya harus berkhotbah?" Ia terus berdoa supaya pelayanannya dapat terwujud. Tiba-tiba muncul sebuah ide. Ia bangkit berdiri dan memanggil penjaga.

"Pak, bolehkah saya bekerja keras untuk Anda?"

Penjaga tersebut menatapnya dengan hina, bercampur dengan heran. Belum pernah ada seseorang yang membuat permintaan macam itu.

"Lihat!" Kata Ny. Chen, "penjara ini begitu kotor, ada kotoran manusia dimana-mana. Ijinkan saya pergi ke dalam sel-sel dan membersihkan tempat kotor ini. Apa yang harus Anda lakukan ialah memberi saya air dan sikat."

Ia tidak heran lagi ketika menemukan dirinya merangkak membersihkan dan berkhotbah. Ia memandang wajah orang-orang yang tak dikenali lagi sebagai manusia. Karena disiksa terus menerus, mereka telah kehilangan segala harapan untuk melihat manusia lain yang tidak datang untuk memukuli mereka.

"O, ketika mereka sadar bahwa mereka dapat memperoleh hidup yang kekal, mereka akan menjadi sangat bergairah. Mereka akan menjatuhkan diri ke lantai yang kotor dan bertobat atas dosa-dosa mereka, dan tahukah Anda, tidak lama kemudian semua tawanan percaya kepada Yesus Kristus,"

Sumber :
7 Rahasia Menuju Kematangan Rohani.
Halaman 18.

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar