Alkisah, satu kali Kapak, Gergaji, Palu, dan Api sedang berjalan bersama. Namun, di tengah jalan, mereka tiba-tiba berhenti. Sebuah bongkahan baja yang besar tampak tergeletak menghalangi jalan mereka.
Melihat itu, Kapak pun maju dan segera mengayunkan mata kapaknya ke arah baja tersebut. Tapi, setelah beberapa kali tebas, justru Kapak itu yang makin tumpul dan akhirnya mundur.
Giliran Gergaji mencoba. Beberapa kali berusaha memotong, gigi-gigi gergaji itu malah patah.
"Biar aku saja" sahut Palu. Dengan sekuat tenaga, Palu berusaha menghancurkan baja itu. Tapi, ternyata saking kuatnya, justru Palu itu yang terpental.
Kini, tiba giliran Api. Dengan tenang, Api malah memeluk baja itu dan membelainya dengan nyala panasnya. Lambat laun, baja itu pun berhasil lumer dan meleleh.
Mengasihi musuh adalah salah satu ajaran Kristus yang mungkin paling aneh di mata dunia. Berbagai perang dan pertikaian telah terjadi sejak ribuan tahun. Banyak korban telah berjatuhan. Balas membalas terus terjadi.
Tapi, Yesus mengajarkan dan menunjukkan sendiri teladan ketika Ia justru mendoakan dan mengampuni orang-orang yang menyalibkan-Nya. Alih-alih membela diri-Nya yang dianiaya, Ia malah berdoa untuk mereka.
Satu tindakan yang kemudian juga dicontoh oleh Stefanus sebagaimana tertulis dalam Kisah 7:60.
Kasih harus lebih besar dari kebencian, rasa tidak terima, dan tuntutan keadilan. Kasihlah yang harus lebih kita utamakan dalam berhubungan dengan sesama. Resep yang pastinya sangat manjur.
Seperti ilustrasi di atas, dalam menghadapi konflik, pilihan untuk memberikan sentuhan kasih adalah langkah yang lebih bijak ketimbang cara konfrontasi.
Sentuhan kasih bisa meluluhkan hati yang paling keras sekalipun.
Sumber : Renungan Harian Spirit.
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Selasa, 09 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar