"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya." (1 Petrus 2:21).
Sah-sah saja kalau ada orang tua yang mengharapkan anaknya mengikuti jejaknya dan bisa sama seperti diri mereka. Misalnya seorang seniman mengharapkan anaknya jadi seniman juga, lihat seniman Bagong Kusudiarjo yang melahirkan raja monolog Butet Kertaradjasa.
Boleh saja seorang pengusaha ingin anaknya mengikuti jejaknya sebagai pengusaha juga. Lihat Rich Devos yang mendidik Doug Devos sebagai penggantinya di bisnis Amway Internasional.
Atau seorang militer ingin anaknya jadi militer juga, lihat anak pak SBY yang juga seorang militer, dst.
Justru jadi aneh kalau sampai ada orang tua yang tidak mau anaknya mengikuti jejaknya. Itu berarti si orang tua tidak bisa menikmati profesinya sehingga ia tidak ingin anaknya menderita seperti dirinya.
Saya pribadi sangat mendukung jika anak saya kelak bisa mengikuti jejak saya, menjadi seorang penulis sekaligus entrepreneur. Semakin banyak kemiripan antara saya dan anak saya, semakin bangga dan senanglah saya. Lumrah, itulah hati seorang bapa.
Hal yang wajar jika Bapa di surga menginginkan kita mengikuti jejak-jejak yang telah ditinggalkan-Nya. Hal yang menyukakan Bapa di surga jika hidup kita menunjukkan kemiripan dengan-Nya. Roma 8:29 berkata,
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." (Roma 8:29).
Tuhan ingin kita serupa seperti Yesus. Itu alasan mengapa kita mengalami serangkaian proses dalam kehidupan kita hari-hari ini, supaya karakter kita mirip dengan karakter Yesus. Itu alasan mengapa Tuhan berulang kali menuntun kita di jalan-Nya, yaitu supaya kita mengikuti jejak-Nya.
Satu hal yang perlu kita renungkan : sudahkah kita berada di rel Tuhan dan fokus dengan jejak-jejak yang ditinggalkan-Nya? Ataukah selama ini kita seperti domba yang tersesat sehingga melenceng jauh dari jejak-jejak Tuhan?
Apakah kita memiliki keserupaan dengan Yesus? Apakah sikap kita memancarkan kemuliaan Tuhan sehingga setiap orang yang melihat hidup kita juga melihat Tuhan?
Kiranya ini menjadi perenungan kita selalu.
Kata-kata Bijak : Hati Bapa ingin anak-anak-Nya mengikuti jejak yang telah ditinggalkan-Nya.
Sumber : Renungan Harian Spirit.
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar