"Tidak habis pikir, mengapa dia begitu ya?" Tanya pendeta keheranan.
Hari Minggu berikutnya di tetap ditunggu kehadirannya, tetapi jemaat ini tidak datang. Juga, minggu-minggu berikutnya tetap tidak kelihatan batang hidungnya. Lebih parah lagi, anak-anaknya pun ikut-ikutan tidak menghadiri kebaktian minggu.
Di kemudian hari diketahui bahwa dia memang melarang anak-anaknya pergi ke gereja.
Sebelum pendeta mengunjungi, seorang pekerja gereja sudah mendahuluinya. Kepada pekerja
gereja ini, dia mengeluarkan isi
hatinya,
"Ya, saya memang sakit hati. Saya benci kepada pendeta itu, karena dia menyinggung perasaan saya di dalam khotbahnya. Saya juga akan sampaikan kepadanya kalau dia datang ke sini. Kalau dia menghendaki saya dan anak-anak saya datang ke gereja, jangan singgung soal rokok lagi di dalam khotbahnya."
Di tempat lain, seorang mahasiswa berkata pada rekannya,
"Kamu kok marah sama saya, saya kan hanya menyampaikan pesan ini dari bapak dosen."
"Ya, tetapi seharusnya kamu kan bisa membela saya. Sudahlah, saya benci kamu dan juga dosen itu," jawabnya sambil "ngeloyor" pergi dengan membawa surat peringatan dari dosennya. Akhirnya mahasiswa ini tidak lulus mata kuliah yang diampu dosen tersebut.
Betapa mudahnya orang membenci hanya karena teguran yang didengarnya. Hal yang sama juga terjadi di dalam diri raja Ahab. Firman Tuhan mengatakan,
"Jawab raja Israel kepada Yosafat: 'Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan selalu malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.' Kata Yosafat: 'Janganlah raja berkata demikian.'" ( 2 Taw 18:7 ).
Padahal, apa yang disampaikan Mikha, yang dianggap teguran yang tidak menyenangkan hati, itu benar adanya. Ketika Ahab melanggarnya, dia pun akhirnya mati di medan pertempuran.
Kalau kita mau melihat lebih jauh, ketika kita berbuat salah, sesungguhnya orang yang menegur kita itu hanya sebagai penyampai berita saja. Pendeta yang menegur kita melalui khotbahnya adalah alat peringatan dari Tuhan. Rekan kerja atau pimpinan yang menegur kita, juga merupakan alat peringatan dari Tuhan.
Bahkan seorang yang lebih muda dan lebih sedikit pengalamannya dari kita pun, jika dia menegur kita, dia hanya alat saja. Teguran yang kita anggap tidak menyenangkan itu sebenarnya merupakan cara Tuhan mengasihi kita.
Tuhan menginginkan kita bertobat, kita berubah dari sikap hidup yang salah menjadi benar.
Untuk itu, membenci orang yang menjadi alat untuk menyampaikan teguran sama sekali tidak benar, bahkan juga tidak bermanfaat. Selain menambah "musuh", kita juga tidak pernah akan bertumbuh, baik di dalam kerohanian maupun karakter.
Doa : Tuhan, lembutkanlah hatiku untuk dapat lebih bisa menerima teguran dari siapa pun. Aku yakin bahwa itu datangnya daripada-Mu. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.
Kata-kata Bijak : Bodohlah orang yang membenci sesamanya padahal dia menyampaikan teguran dengan maksud baik.
Sumber : Renungan Manna Sorgawi.
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar