Derreck Kayongo menampung sabun bekas pakai dari hotel-hotel di Atlanta, mendaur ulang, menjadikannya baru, lantas mengirimkannya ke kamp-kamp pengungsian di negri asalnya Uganda.
Proyek mulia itu bermula sekitar tahun 1994 lalu. Tepatnya, saat Derreck Kayongo kali pertama tiba di Amerika Serikat (AS) setelah meninggalkan Uganda yang kondisinya semrawut. Kala itu dia menginap di sebuah hotel di Philadelphia.
Awalnya, tidak ada yang aneh sampai dia pergi ke kamar mandi di esok paginya. Dia menjumpai, sabun yang baru digunakan untuk mandi satu kali sudah diganti dengan yang baru. Demikian juga lusa dan hari-hari berikutnya. Dia selalu mendapatkan sabun baru tiap pagi.
Mendapati rutinitas yang tidak pernah dijumpainya di Afrika itu, Kayongo tersentak. Dia lantas menelepon sang ayah yang merupakan pengusaha sabun sebelum diktator Idi Amin berkuasa.
"Ayah tidak akan percaya dengan yang terjadi disini. Mereka membuang sabun bekas meskipun baru digunakan satu kali," serunya kepada sang ayah di Uganda seperti dilansir situs berita bisnis Global Atlanta.
Beberapa tahun kemudian tepatnya april 2009, dia mengundang manager sejumlah hotel di Atlanta. Dalam kesempatan itu, dia memberanikan diri meminta sabun2 bekas tersebut.
Dia terkejut betapa positifnya respons para petinggi hotel-hotel itu. "Ada sekitar 40 hotel di Atlanta yang bersedia memberikan sabun bekas pakai mereka dengan cuma-cuma." Papar Kayongo.
Dalam hitungan bulan, aktivitas anti kemiskinan tersebut berhasil mengumpulkan sedikitnya 4 ton sabun bekas pakai. Sebanyak 2 Ton dia tampung di sebuah gudang dari Alpharetta dan 2 ton lainnya di lantai dasar rumah seorang teman.
Kayongo yang dibantu istrinya, sarah, dalam proyek pengumpulan sabun bekas tersebut berharap bisa mngirimkan kargo pertamanya ke uganda oktober 2009. Rencananya sabun itu dikirimkan lewat kapal Kenya, diteruskan ke Uganda lewat jalan darat. Di Uganda, sabun-sabun bekas pakai itu bakal di sterilkan, lantas diperbarukan.
"Proses daur ulang dan pembentukan sabun itu akan menjadi lahan pekerjaan baru bagi warga setempat," tegas dia.
Belakangan, proyek Kayongo itu tidak hanya didukung hotel-hotel di Atlanta. Sedikitnya, ada 20 hotel lain dari Georgia, Florida, dan Tennese yang menjadi donatur sabun bagi Global Soap Project. Sementara itu, jasa pengiriman sabun bekas pakai tersebut didukung penuh oleh Relief Cargo yang bermarkas di Green Bay, Wisconsin. Perusahaan jasa pengiriman yang menjadi langganan organisasi kemanusiaan tersebut bersedia memberikan harga khusus untuk sekitar 5 ton sabun pertama yang segera dikirimkan ke Afrika itu.
"Jika pengiriman perdana itu berhasil, prospek membuka jasa pengiriman di negara-negara Afrika terbuka lebar," ujar presiden Relief Cargo Andrew Drescher. Biasanya, lanjut dia, kargo-kargo nya mengirim selimut atau alat-alat sekolah ke Afrika. Di Uganda dan negara miskin Afrika lainnya, sabun menjadi kebutuhan yang sangat penting.
"Banyak faktor selain kemiskinan yang membuat masyarakat di sini yang tidak mengenal sabun," papar Emmanuel d'Harcourt, dokter sekaligus direktur senior kesehatan pada International Rescue Committe
By : Renungan Harian Kristen
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar