Senin, 29 November 2010

Renungan : Menyambut Thanksgiving

"Apa yang bisa saya sediakan untuk merayakan Thanksgiving? " saya  menggerutu dalam hati.

Setelah semua masalah terjadi, sekarang saya harus membawa ketiga anak perempuan saya kembali ke Florida. Saya tinggal di mobil trailer kecil dan masih belum punya kerjaan, saya harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ternyata saya masih termasuk yang beruntung, karena tiga hari sebelum libur, ada satu keluarga muda yang rumahnya habis terbakar. Saya melihat semua orang di lingkungan kami berusaha memberikan bantuan: gereja menyediakan tempat tinggal sementara, yang lain mengumpulkan makanan, peralatan dapur, alas tidur dan pakaian. Semua orang berlomba-lomba memberikan bantuan bahkan uang, untuk meringankan beban keluarga muda tersebut.

Sore hari sebelum Thanksgiving, dua wanita datang ke rumah kami untuk mengumpulkan sumbangan. Walaupun kami sendiri berkekurangan tapi saya berusaha membagikan sedikit tabungan untuk menolong, sebagai bentuk empati kami kepada mereka.

Ketika kami bercakap-cakap di luar, Helen, anak bungsu saya yang berumur tiga tahun berteriak, "Tunggu! Jangan pergi dulu." Dia bergegas masuk ke trailer sambil berkata, "Saya lupa sesuatu!"

Saya minta maaf kepada kedua wanita itu dan mau menyusul Helen masuk. Tetapi dia lebih dahulu keluar dengan membawa boneka beruang teddy kesukaannya. Saya menjahit beruang teddy itu sebagai hadiah ulang tahunnya, dua bulan sebelumnya.

"Mama," mata hijaunya memandang saya dengan lekat, "Anak perempuan yang rumahnya kebakaran itu tidak punya mainan lagi. Dia memerlukan beruang teddy ini. Saya harus memberikan untuknya. Dia pasti akan senang seperti saya juga sangat menyukai boneka ini."

Hati saya berguncang. Saya berpikir bahwa Helen memiliki beberapa mainan dan untuk yang satu ini saya telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjahitnya. Sekarang Helen mau memebrikan ke orang lain. Kami berdiri dengan tidak mengeluarkan sepatah katapun, dan kedua wanita itu memandang saya. Perasaan saya campur aduk di dalam dada. Saya memikirkan semua hal yang kami inginkan tetapi bahkan sampai sekarang tidak bisa diperoleh.

Semua orang menahan nafasnya saat saya mengalihkan pandangan ke Helen. Ada segaris kecemasan di wajahnya yang muncul dari dalam hatinya. Tangan saya membelai rambut merahnya yang indah sementara mata saya mulai sembab.

"Tentu saja Helen," suara saya memecah kesunyian. "Tindakanmu benar sekali sayang, kita lupa memberikan mainan. Kamu sudah mengingatkan mama untuk memberikan yang terbaik."

Dan saya menyadari bahwa hati saya ternyata tidak sebesar yang ada di dalam dada kecil Helen, yang merelakan mainan kesayangannya untuk membahagiakan orang lain.

♡ ◦°˚G☺d♡Bl姧 U◦°˚♡

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar