Selasa, 28 September 2010

Mengendalikan Kemarahan

Pada 6 Juni 1944, Dwight D. Eisenhower, Komandan Tertinggi Pasukan Sekutu, adalah orang yang paling berkuasa di atas bumi. Di bawah otoritasnya, pasukan amfibi terbesar yang pernah ada dipersiapkan untuk membebaskan benua Eropa yang dicengkeram oleh Nazi. Bagaimana Eisenhower dapat memimpin pasukan yang sangat besar itu? Sebagian jawabnya dapat dikaitkan dengan kemampuannya yang hebat dalam bekerja sama dengan berbagai macam orang.

Namun, banyak orang yang tidak tahu, bahwa dulu Ike (nama panggilan Eisenhower), tidak selalu bergaul karib dengan orang lain. Pada waktu kecil, ia sering berkelahi di sekolah. Syukurlah ia mempunyai seorang ibu yang penuh kasih dan mengajarkan kepadanya Firman Allah.

Suatu kali, ketika sedang membalut tangan Ike setelah kemarahannya yang meledak-ledak, si ibu mengutip Amsal 16:32, "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Bertahun-tahun kemudian, Eisenhower menulis, "Aku selalu mengingat kembali percakapan itu sebagai salah satu peristiwa yang paling berharga di dalam hidupku." Tidak diragukan lagi, dengan belajar mengendalikan kemarahannya, Eisenhower dapat bekerja sama secara efektif dengan orang lain.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya setiap kita akan dicobai hingga kemarahan kita mudah tersulut. Namun, melalui karya Allah di dalam hidup ini, kita dapat belajar untuk mengendalikan amarah kita. Tidak ada cara yang lebih baik dalam mempengaruhi orang lain selain melalui sikap yang lemah lembut.

Orang yang menaklukkan kemarahannya telah menaklukkan musuh yang kuat.
Tuhan Yesus memberkati :)

Sumber: Renungan Gereja.

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar