Kalau kita buka kitab Pengkotbah pasal pertama maka tulisan yang pertama kita lihat yaitu judul perikop berbunyi begini "Segala sesuatu sia-sia". Perkataan ini di kuatkan pada ayat dua yang berbunyi: "Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia". Kalimat ini diucapkan oleh seorang raja besar yaitu raja yang sangat di berkati Tuhan baik secara jasmani terlebih lagi hikmat. Dia adalah raja Salomo, raja yang mendapat karunia kekayaan dan hikmat yang luar biasa dari dari Tuhan, tidak ada manusia yang lebih berhikmat dari dia sebelum maupun sesudahnya (I Raja-Raja 3:12). Hikmatnya terkenal sampai seluruh dunia sehingga banyak para raja dan pemimpin dunia datang kepadanya untuk belajar hikmat.
I Raja 4:29-32 Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir. Ia lebih bijaksana dari pada semua orang, dari pada Etan, orang Ezrahi itu, dan dari pada Heman, Kalkol dan Darda, anak-anak Mahol; sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya. Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima.
Lalu, mengapa kalimat putus asa itu sampai keluar dari bibir seorang raja besar, raja yang penuh hikmat? Apakah dia sudah kehilangan hikmat? Apakah Tuhan sudah menarik karunia hikmat itu? Tidak! Justru karena hikmatlah maka dia dapat mengucapkan itu semua. Hikmatlah yang membuat dia mengetahui bahwa segala sesuatu sia-sia. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah jauh dari Tuhan, itu karena mereka tidak memiliki hikmat.
Apa yang menjadi latar belakang Salomo mengucapkan itu?
Seperti yang sudah kami nyatakan diatas bahwa Salomo adalah raja yang luar biasa di berkati Tuhan baik secara kekayaan maupun secara hikmat. Salomo adalah pemimpin yang sukses menurut dunia. Pada masa mudanya berkat kekayaan melimpah, dia adalah seorang pemimpin yang bersemangat dan bergairah. Itu dapat kita baca melalui tulisan-tulisannya di kitab Kidung Agung. Pada masa pertengahan umurnya dia adalah seorang pemimpin yang penuh hikmat dan kharisma. Itu dapat kita lihat pada tulisan-tulisannya di Kitab Amsal. Karena hikmat yang dimilikinya banyak bangsa yang secara suka rela takluk dan memberikan upeti kepada Salomo akibatnya Salomo semakin kaya dan di agungkan.
I Raja 4:34 Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.
Namun kesuksesan itu membuat Salomo lupa diri, dia mencintai banyak perempuan asing. Itu dapat kita lihat pada ayat dibawah:
II Raja 11:1-2 Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.
Kekayaan dan kehormatan membuat Salomo tidak ingat lagi kepada Tuhan, dia lebih mendengarkan perkataan istrinya dibandingkan firman Tuhan. Salomo memiliki 700 istri dari kaum bangsawan dan 300 gundik. Total istri salomo ada 1000 orang, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal ALLAH. Akibatnya hati Salomo di condongkan dan jatuh kepada penyembahan berhala. Bahkan Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Itu dapat kita lihat pada ayat dibawah:
I Raja 11:5-6 Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya.
Namun pada masa tuanya Salomo menyesal dan menyadari semuanya itu. Ternyata kesuksesan dunia yang diperolehnya selama ini tidak dapat dibawanya kedalam kubur. Terlebih lagi karena harta dan kesuksesan itu membuatnya berdosa dan jauh dari Tuhan. "Semuanya sia-sia" itulah perkataannya. Ungkapan isi hati pada masa tuanya dapat kita lihat pada tulisan-tulisannya di kitab Pengkotbah. Tentang hal ini saya teringat perkataan Tuhan Yesus. Perkataan itu dapat kita lihat pada ayat dibawah:
Matius 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Saudaraku, mengapa kisah ini kami sampaikan pada moment tahun baru ini?. Disini kami mencoba mengajak kita semua terlebih lagi bagi diri kami sendiri untuk tidak memfokuskan diri mengejar hal-hal duniawi. Kebutuhan jasmani itu penting, itu tidak dapat di sangkal. Semua orang butuh harta dunia, tapi janganlah karena mengejarnya kita mengabaikan dan melupakan hal-hal rohani. Mari tetap fokuskan hidup kepada Tuhan. Kita jangan lupa bahwa kita sudah memasuki zaman akhir, kedatangan Tuhan Yesus sudah semakin dekat. Pengkotbah menyatakan bahwa kita akan mempertanggung jawabkan semua itu di depan Pengadilan Agung.
Pengkotbah 12:14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.
Sumber : Renungan Kristen
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar