Rabu, 28 Juli 2010

Penderitaan : Memperlengkapi Sebuah Tugas

Cerita mengejutkan ini kami dengar langsung dari Sang Pemilik kisah. Ketika kami -aku, istriku dan client kami- bertemu disebuah kafe disalah satu mall di Jakarta. Percakapan sedemikian intens sehingga Melani (bukan nama sebenarnya) entah mengapa akhirnya menceritakan sebuah tragedi rumah tangga yang amat sangat menyedihkan dimana ia adalah pemeran utama didalamnya. Sebuah tragedi yang tidak pernah kami sangka sebelumnya pernah dijalani Melani bertahun-tahun. Jika melihat kekuatan yang terpancar dari mata dan wajahnya, siapapun tidak akan pernah menyangka bahwa Psikolog berputri tunggal ini mendapatkan seluruh kekuatan itu justru dengan membayar lunas semuanya lewat keringat, air mata dan darah. Terusir dari rumah dan teraniaya oleh suami dan seluruh keluarga besar suami. Lalu bertahun-tahun setelah itu, berjuang habis-habisan mati-matian untuk membesarkan dan membiayai kehidupannya sendiri dan buah hati tercinta. Melani melupakan pertanyaan "Mengapa harus aku ya TUHAN ??" yang sudah ribuan kali dipertanyakan tapi tidak kunjung mendapatkan jawaban. Ia memutuskan untuk berhenti bertanya, lalu memusatkan seluruh tenaganya untuk bertahan. Hingga jam pasir milik TUHAN menunjukkan : waktunya sudah genap. Pemulihan besar-besaranpun terjadi. Trauma kejiwaan Melani disembuhkan. Rumah tangga Melani dipulihkan : ia dan suami, suami dan anak. Tidak hanya itu, TUHAN pun mendekatkan hati seluruh keluarga besar dari sang suami kepadanya. Pemulihan besar-besaran yang tidak akan pernah disangka-sangka sebelumnya. Tidak berhenti disana, maka Tangan Yang Tak Terlihat itu pun menghantarkan seorang demi seorang pasien –ibu rumah tangga- yang mengalami gangguan kejiwaan karena masalah rumah tangga yang nyaris sama dengan Melani, untuk mendapat therapy darinya. "Saya pernah mengalaminya. Segalanya akan berlalu jika Anda tak menyerah", bisik Melani haru dengan mata berkaca-kaca, sambil memeluk erat pasien-pasiennya.

 

"Kalian tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan !!!", teriak Imelda (bukan nama sebenarnya) histeris. Wajahnya merah padam, sementara matanya bengkak karena menangis. Ibu muda dengan dua orang anak kecil, ini baru saja ditinggal oleh suami tercinta untuk selama-lamanya. Kehilangan orang yang sangat dikasihi, ketakutan akan masa depan dan kekecewaan terhadap TUHAN, sakit yang sangat sulit dicarikan obatnya dengan segera. Kami yang kebetulan sedang melayat, hanya bisa terpaku dan berdaya. Imelda benar, kami memang tidak bisa merasakan apa yang ia rasakan. Suasana rumah yang penuh sesak dijejali pelayat itupun menjadi lebih sepi dari kuburan. Hampir semua orang tertunduk, sementara Imelda meneruskan tangisnya dilantai pojok ruangan. "Saya pernah merasakannya Mel…". Tiba-tiba sapaan lembut dari seorang ibu yang berusia separuh baya mengusir keheningan itu. Sebagian besar dari kami, termasuk Imelda, mengenal wanita itu. Ia adalah ibu dua anak yang ditinggal wafat oleh sang suami yang adalah pilot dalam sebuah tugas, tiga puluh tahun yang lalu. Wanita biasa yang hanya berpendidikan sekolah menengah atas, yang akhirnya sukses membesarkan putra-putrinya. Wanita sederhana, dengan daya juang luar biasa yang menolak untuk dikalahkan oleh tantangan hidup. Satu-satunya wanita dalam ruangan itu yang diperlukan oleh Imelda, disaat-saat seperti sekarang ini.

 

Memang kadangkala, hidup tidak menyisakan pilihan untuk menang. Untuk episode tertentu, ia menempatkan kita pada ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang begitu luar biasa, sehingga hanya ada dua pilihan yang mungkin : bertahan ataukah menyerah. Jadi jika ada seseorang dengan mengacungkan kepalan ke langit dan mengkalim bahwa ia selalu dengan gagah perkasa berhasil mengalahkan semua rintangan hidup, kita segera tahu bahwa orang itu sedang membual.

 

Bahkan orang-orang sucipun, para nabi, pernah dalam kehidupannya dihadapkan pada sebuah persoalan yang seakan tak memiliki jalan keluar. Masalah kehidupan yang seolah-olah lebih besar dari kemampuan kita untuk menyelesaikannya. Berhadapan dengan segala macam kerumitan yang demikian kompleks yang berada diluar otoritas kita. Namun disaat-saat seperti itu, mereka justru berpegangan erat pada iman. Persoalan raksasa yang bukan menghasilkan trauma kejiwaan, namun justru memperbesarkan cinta dan kepercayaan mereka terhadap Sang Junjungan.

 

Orang-orang yang telah lulus dari ujian seperti itu, disadari atau tidak, adalah 'orang pilihan' yang sedang dipersiapkan untuk sebuah misi khusus oleh Sang Pencipta. Misi khusus ? ya, sesuai dengan penderitaan yang telah 'dianugerahkan- Nya' kepada kita. Sebuah tugas terhormat, walaupun kadang dalam hal-hal yang sangat

simple, yakni menjadi perpanjangan tangan dari TUHAN untuk menguatkan orang lain yang sedang dilanda keputusasaan.

 

Dengan kata lain "Jika kau dengan tuntunan tangan-Ku mampu menyeberangi segala rintangan itu, beritahu mereka, asalkan mereka bertahan percaya dan tetap berada didekat-Ku, Aku akan menyeberangkan mereka juga !"

 

Kini saatnya mengoreksi diri dan melihat daftar penderitaan dahsyat apa saja yang sudah kita lalui, kemudian mulai mensyukuri semua itu, sepahit apapun dan setrauma apapun itu dan kini memandangnya sebagai anugerah yang terselubung. Setelah itu maka TUHAN akan mengaruniakan Anda sebuah kepekaan sehingga Anda bisa memahami kapan dan kepada siapa IA mengirimkan Anda untuk tugas itu.

 

Sebagai penutup, ijinkan saya menceritakan sebuah kesaksian yang terjadi dihidup kami sendiri, dimana setelah sepuluh tahun menikah, TUHAN belum berkenan mengaruniakan seorang anakpun dalam kehidupan kami. Mulanya ini terasa agak menyakitkan, sebelum akhirnya keiklashan membuat segalanya menjadi lebih ringan. Jadi jika kebetulan Anda atau kenalan Anda baru menikah selama beberapa tahun dan belum mendapat momongan. Anda tidak sendirian. Bersabarlah, kami mengalaminya. Kami tahu rasanya. Dalam masa penantian ini, kami tetap percaya bahwa TUHAN itu berkuasa memberikan kami keturunan. Bahwa IA yang berkuasa membuka segala yang tertutup dan menutup segala yang terbuka. Dan bahwa IA akan membuat segalanya indah pada waktunya. Pasti dan selalu seperti itu !! (*)

By : Made Teddy Tertiana

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar