Senin, 08 Februari 2010

Share from a friend : Ketika Tuhan Memakai Kita

Aku ingin menceritakan pengalaman pribadi. Aku sudah memendamnya sejak bulan Februari 2007 lalu. Ingin rasanya berbagi cerita dan pengalaman ini tapi saya merasa diri ini belum pantas untuk menceritakannya karena apalah diri ini.

Seringkali dalam proses mencari Tuhan Yesus seringkali kita melihat hal-hal yang besar. Padahal ada hal-hal kecil disekitar kita yang merupakan perpanjangan tangan dari Tuhan Yesus untuk kita berbuat sesuatu. Perhatikanlah sekitarmu dan resapi akan kehadiran Tuhan Yesus.

Kisahnya terjadi pada bulan Februari 2007, setelah banjir besar mengubur Jakarta. Hari itu tidak mendung tapi sinar matahari menyorot dengan teriknya. Pokoknya panas sekali. Setelah sekian hari diguyur hujan tapi hari ini panas terik.

Siang itu aku berdiri diatas trotoar jalan Otista Raya, Jakarta Timur. Seperti biasa dalam perjalanan menuju kantor saya menggunakan taksi. Tentunya taksi yang aku pilih adalah taksi dengan argo lama. Maklum jarak dari rumah ke kantor lumayan jauh dan selisih argonya bisa mencapai 20.000 rupiah. Lumayankan.

Tapi siang itu, entah mengapa, saya tidak memberhentikan taksi yang memakai argo lama. Padahal mereka lewat didepan saya dan tanpa penumpang. Pokoknya tidak tahu kenapa tangan saya tidak mau melambai untuk menghentikan taksi itu. Di hatipun tidak ada penyesalan dengan tidak menghentikan taksi itu.

Tiba-tiba dikejauhan ada taksi berwarna biru khas dari taksi ternama dengan lambang burung birunya. Saya tahu taksi ini memakai argo baru yang lebih mahal. Entah mengapa, saya kok melambaikan tangan untuk menghentikan taksi itu.

Taksi itupun berhenti didepan saya. Kemudian saya membuka pintu taksi yang ada di depan dan duduk disamping supir taksi. Supir taksinya bernama pak En Yang, saya bisa melihatnya dari kartu pengenal taksi yang ada didepan. Berhubung aku duduk di depan maka tanda pengenal itu dengan mudah bisa saya baca.

Baru saja aku duduk dan menutup pintu.

Pak En Yang berteriak," Puji Tuhan. Engkaulah malaikat Tuhan yang diutus untukku!"

Mendengar perkataan pak En Yang, saya jadi terkejut dan merinding seluruh bulu di tubuh ini. Apa maksud ucapannya? Saya tidak mengerti. Kenapa ia berkata seperti ini?

Saya memperhatikan raut muka pak En Yang. Ia menangis dengan air mata menetes dipipinya. Saya semakin bingung.

Kemudian saya bertanya kepadanya," Pak. Kenapa kok menangis dan menyebut saya seperti ini?"

Sambil menangis pak En Yang menceritakan, apa yang ia alami dan rasakan hari ini.

"Pak, maaf ya. Saya mau tanya ke bapak. Apakah bapak percaya kepada Yesus?

"Iya. Saya percaya kepada Yesus."

"Nah, kalau begitu kita ini satu Iman. Makanya saya mau cerita ke bapak"

"Oo, silahkan pak."

"Pak ini sebuah pengakuan kepada bapak. Saya tidak mengarang atau membuat-buatnya. Hari ini sebelum menarik taksi saya berdoa kepada Tuhan agar hari ini saya diberi rejeki karena dirumah beras sudah habis, uang sekolah belum terbayar dan dua hari lagi akan ada kebaktian gereja di rumah saya. Tapi saya tidak punya uang sama sekali."

"Saya keluar dari pagi sampai siang ini. Tidak ada satu penumpangpun yang naik taksi saya. Seolah-olah taksi saya ini barang najis yang tidak mau disentuh orang. Bayangkan pak sudah lebih dari 4 jam saya keliling Jakarta tapi tidak ada penumpang yang mau naik."

"Saya bertanya kepada Tuhan kenapa saya diberi cobaan seperti ini. Toh, saya telah menjadi pengikutMU selama sepuluh tahun ini. Saya ini dilahirkan kembali baru 10 tahun lalu setelah dari kecil saya menyembah dewa. Kini saya percaya kepada Yesus Kristus."

"Tapi kenapa ketika saya setia. Kok saya seperti ditinggalkannya dan dijauhkannya. Hari ini saya kalut dan pusing pak karena masalah dirumah. Otak saya buntu dan beku tidak tahu lagi bagaimana harus menghidupi keluarga saya."

Aku tetap diam karena masih kaget dengan kejadian diawal tadi.

"Saya hari ini berpikiran ingin bunuh diri saja dengan menjatuhkan taksi ini dari atas jembatan layang Tomang. Mungkin semua urusan saya beres, saya tidak pusing lagi dan keluarga memperoleh uang dari asuransi"

"Tapi hati kecil saya kok melarang hal itu dan teringat akan ayat yang mengatakan bahwa Tuhan tidak akan menguji kita diluar kemampuan kita. Sayapun berkata kepada Tuhan Yesus."

"Tuhan Yesus. Jika engkau ada maka utuslah malaikatMU sekarang juga untuk menyelamatkan aku."

"Doa itu saya ucapakan ketika berada di lampu merah Otista III. Bapak berdiri di halte PFN, Otista raya dan menghentikan taksi ini."

"Makanya ketika bapak menghentikan taksi ini dan naik. Saya langsung teriak. Puji Tuhan Engkaulah malaikat Tuhan yang diutus untukku," ujar pak En Yang sambil menangis dan memuji Tuhan.

"Tuhan Yesus, maafkan aku yang berdosa ini karena meragukanmu."

Aku yang mendengar cerita dari pak En Yang ini langsung lemas dan menangis berdua di dalam taksi ini. Aku tidak pernah menduga kalau aku yang berdosa dipakai oleh Tuhan Yesus untuk membantu menguatkan pak En Yang.

Diri ini langsung gemetaran di dalam taksi. Oh… betapa indahnya kuasaNYA ketika ia memakai diri ini untuk menolong orang yang dikasih Tuhan Yesus.

"Bapak telah diutus oleh Tuhan Yesus untuk menyelamatkan saya dari perbuatan nekat dan bodoh yaitu dengan bunuh diri. Setan itu jahat dan menyesatkan iman saya kepada Tuhan Yesus. Seolah-olah Tuhan Yesus meninggalkan saya dan membiarkan saya menderita."

"Semestinya saya ingat akan cerita di Alkitab, Tuhan Yesus sebagai gembala domba yang baik. Ia tak akan meninggalkan domba-dombanya tersesat."

Kamipun menangis berdua didalam taksi dan kami memanjatkan doa Bapak Kami didalam taksi itu.

Setibanya dikantor dan membayar uang seharga argo. Aku melihat wajah pak En Yang yang kini bercahaya kembali. Aku tersenyum melihatnya. Ia menerima uang dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus.

"Pak, kejadian ini akan saya jadikan kesaksian pada kebaktian dirumah."

Akupun mengucap syukur dan terima kasih.

Kamipun berpisah dan tak pernah bertemu lagi hingga hari ini.

Yang pasti dari pintu taksi menuju ke kantor. Kakiku lemas seolah tak bertenaga. Aku tidak percaya yang kualami hari ini.

Sebuah pengalaman sederhana tapi maknanya sangat dalam sekali. Jika kita dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menyelamatkan domba-dombanya yang tersesat. Siapa yang bisa menolak? Siapa yang bisa menduga peristiwa apa yang ada didepan kita atau yang akan kita hadapi.

GBU

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar