Senin, 23 Agustus 2010

Kebahagiaan Yang Menular

Seorang pemuda berangkat kerja dipagi hari.
Memanggil taxi, dan naik. "Selamat pagi Pak," katanya menyapa sang sopir taxi terlebih dulu. "Pagi yang cerah bukan?" sambungnya sambil tersenyum, lalu bersenandung kecil.

Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya, dan dengan senang hati, ia melajukan taxinya. Sesampainya di tempat tujuan, pemuda itu membayar dengan selembar 20ribuan, untuk argo yang hampir 15 ribu. "Kembaliannya buat bapak saja. Selamat bekerja Pak," kata pemuda dengan senyum.

"Terima kasih," jawab pak sopir taxi dengan penuh syukur. "Wah, aku bisa sarapan dulu nih. Pikir sopir taxi itu." Dan ia pun menuju kesebuah warung.

"Biasa Pak?" tanya si ibu penjual warung. "Iya biasa. Nasi sayur. Tapi pagi ini tambahkan sepotong ayam," jawab pak sopir dengan tersenyum. Dan, ketika membayar nasi, di tambahkannya seribu rupiah "Buat jajan anaknya ibu," begitu katanya.

Dengan tambahan uang jajan seribu, pagi itu anak ibu penjual warung berangkat kesekolah dengan senyum lebih lebar. Ia bisa membeli 2 buah roti pagi ini. Dan diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal. Begitulah. Cerita berlanjut. Bergulir seperti bola salju.

Pak sopir bisa lebih bahagia hari itu..
Begitu juga keluarga si ibu penjual warung..
Teman anak ibu penjual warung..
Keluarga mereka..
Semua tertular kebahagiaan..

Kebahagiaan, seperti juga kesusahan, bisa menular kepada siapa saja disekitar kita.
Kebahagiaan adalah sebuah pilihan..
Siapkah kita menularkan kebahagiaan hari ini?

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar