Kamis, 27 Januari 2011

Komunikasi Dalam Hubungan Suami dan Istri

Selain Tuhan dan firman-Nya di dalam Alkitab, komunikasi adalah salah satu hal yang harus kita perhatikan dan kita pelajari di dalam menjalani kehidupan dunia pernikahan. Mempelajari komunikasi dalam hubungan suami dan istri, bukanlah suatu hal yang dapat kita pelajari dalam waktu semalam atau pun dalam waktu periode tertentu saja. Dibutuhkan sikap kerelaan hati secara berkontinuitas di antara suami dan istri untuk mau bersama-sama diproses, dibentuk dan diubah karakter mereka berdua, memiliki kesabaran, kerendah-hatian, serta sikap saling menghargai dan menghormati.

Jika para suami dan istri mau untuk bersama-sama mulai belajar berkomunikasi dengan baik dan sehat, maka banyak rumah-tangga pasti akan mengalami perubahan dan pemulihan. Tidak ada yang namanya "mengalami kegagalan di dalam membina bahtera rumah-tangga karena alasan komunikasi yang kurang baik", karena kita tahu bahwa apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia (Matius 19:5-6). Untuk itulah kita perlu belajar jujur kepada diri kita sendiri, perihal sikap mana dalam kehidupan kita yang kurang baik dan yang perlu kita ubah.

Prinsip berkomunikasi yang baik dan sehat

Pertama, jadilah pendengar yang baik. Banyak orang dapat menjadi pembicara yang baik, tetapi tidak semua dapat menjadi pendengar yang baik. Seringkali, bukanlah jawaban yang dibutuhkan oleh pasangan Anda, tetapi sikap untuk mau menjadi pendengar yang baik yang dibutuhkan mereka. Kedua, berpikirlah panjang sebelum berbicara. Banyak orang yang hanya karena suasana hatinya saat itu kurang baik, tanpa berpikir panjang mereka langsung berbicara dan menjawab masalah lawan bicara mereka. Mereka kurang memperhatikan apakah itu adalah jawaban yang dibutuhkan dan bagaimana perasaan lawan bicara mereka setelah mendengar jawaban tersebut.

Ketiga, berbicaralah dengan nada kasih. Bagaimana pun kondisi hati Anda saat itu akibat adanya suasana yang kurang baik di pekerjaan, taruh itu di depan pintu rumah Anda. Jangan pernah sekali-kali membawanya ke dalam rumah Anda, yang nantinya membuat nada berbicara Anda menjadi ketus dan hambar. Keempat, jauhi perdebatan dan kendalikan amarah sewaktu berbicara. Di mana pun dan bersama siapa pun, perbedaan pendapat pasti ada dan itu adalah hal yang manusiawi dan wajar.

Dibutuhkan cukup kerendah-hatian untuk mengalah, selama pendapat itu tidak bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Mengalah bukan berarti kalah. Tetapi dengan mengalah kita belajar untuk mengendalikan amarah kita, menjauhi perdebatan, dan meminta hikmat Tuhan untuk jawaban dari masalah yang kita hadapi saat itu. Bukankah ada ayat yang berbunyi, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah." (Amsal 15:1).

Kelima, berhentilah mengkritik, mulailah untuk memberi pendapat yang membangun, dan hargailah pendapat orang lain. Terkadang bukan "jalan keluar" yang kita diskusikan, tetapi hanyalah kritikan yang tak berarti tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Keenam, mintalah maaf bila bersalah. Bila tak bersalah? Cukuplah punya kerendah-hatian untuk meminta maaf terlebih dahulu dan cairkan suasana dengan pasangan Anda. Janganlah menghukum pasangan dengan "puasa bicara". Tidak selalu "puasa bicara" menghasilkan "jalan keluar" yang positif. Kedua belah pihak dapat terjebak dalam sikap "saling menunggu" kapan salah satu dari antara mereka mengajak bicara terlebih dahulu.

Ada hal-hal tertentu yang juga perlu diperhatikan saat berbicara. Pertama, mengenai volume suara kita jangan terlalu keras saat berbicara terhadap pasangan kita. Kedua, pitch atau nada suara jangan tinggi/membentak. Beberapa budaya di Indonesia terbiasa dengan nada suara yang tinggi, tetapi kita juga perlu belajar untuk menyesuaikan dengan pasangan kita. Dan yang ketiga adalah mengenai moment atau mencari waktu yang tepat untuk membicarakan masalah. Sembilan puluh persen gesekan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh nada bicara yang kurang baik.

Oleh karena itu mari kita benar-benar meminta hikmat kepada Tuhan bagaimana membangun komunikasi secara baik dan sehat terhadap pasangan kita. "Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" (Amsal 15:23). Ketika kemarahan dalam hati kita terasa memuncak, pikirkanlah akibat yang dapat ditimbulkan dari kemarahan tersebut. Ingatlah juga akan masa-masa indah dan perjuangan bersama untuk dapat mewujudkan hari pernikahan Anda.

Sayangnya hal di atas hanya dapat sekedar menjadi "teori yang indah" bila kita tidak mau mengambil keputusan "Ya" untuk mau berubah menjadi yang lebih baik. Keputusan harus diambil dan perubahan dimulai dari hidup kita terlebih dahulu, bukan orang lain. Biarlah kita dipakai dan dimampukan Tuhan untuk dapat membawa perubahan mulai dari hidup kita dahulu dan lalu hidup kita dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Amin. Tuhan Yesus memberkati setiap kita.

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar