Minggu, 14 Maret 2010

Surat Seorang Gadis Pada Ayahnya

Belum sempat John meletakkan tas kerjanya sepulang ke rumah, matanya  tertegun melihat sebuah surat tergeletak di atas meja.  Di sebuah amplop tertulis "Untuk ayah tersayang"  Setelah belasan tahun menjadi single parent, baru kali ini ada surat  untuknya dari Lucy, anak gadisnya. Ada apa? 

Kalimat pertama pada surat itu sudah mengguncang hatinya; 
Ayah tersayang, jika ayah membaca surat ini maka aku sudah tidak ada di  rumah.  Sekalipun berat John melanjutkan bacaan kata demi kata.  Ayah, aku telah menemukan pria yang akan mendampingiku selamanya.

Memang buat orang lain dia sudah terlalu tua, tapi bagiku pria berusia 45  tahun masih tetap muda.  Dia sangat energik ayah, kalau ayah mengenal lebih dekat dengannya pasti  ayah juga akan menyukainya. 
Ayah jangan terkecoh dengan tato di seluruh tubuhnya atau janggut dan brewoknya yang panjang atau puluhan tindik di telinga dan hidungnya, karena  jauh di dalam hatinya ia adalah orang baik.  Ia sangat sayang padaku, dan juga ayah dari anak di dalam kandunganku.  Istrinya tidak keberatan aku mendampinginya, karena istrinya sudah sibuk  mengurus anaknya yang banyak. 
Oh iya, ayah tidak usah khawatir tentang kehidupanku.  Ia menguasai penjualan ekstasi di kota, jadi uang sama sekali bukan masalah  buat kehidupan kami.  Saya tahu ia sudah mengidap HIV sejak lama, tapi katanya dalam beberapa  tahun ke depan obat penyakit AIDS akan ditemukan jadi aku tidak perlu  khawatir bukan? 

Ayah jangan bersedih karena aku bahagia.  Usiaku sudah 18 tahun ayah jadi aku bisa memutuskan yang terbaik untuk  hidupku.  Tanpa sadar, air mata sang ayah menetes jatuh ke lembar surat itu. 

Bagaimana mungkin anaknya yang lucu dan periang bisa menjadi seperti inii?  Lembar pertama surat pertama baru saja selesai dibacanya. 
Tangan sang ayah bergetar, berat rasanya, tapi ia membuka lembar kedua  surat itu.  Kali ini isinya jauh berbeda. 

Ayah sayang,  Maaf, sebenarnya surat di halaman pertama tadi tidak benar-benar terjadi.  Saya hanya ingin menggambarkan betapa kemungkinan terburuk bisa terjadi  pada anak-anak gadis, dan syukurlah aku tidak demikian. 
Ayah bahagia bukan, kalau aku tetap bersama ayah?  Ayah bahagia bukan, akau tidak menghancurkan diriku seperti itu? 

Tentu saja, mempunyai anak yang rapornya jelek, jauh lebih menguntungkan  daripada mempunyai anak seperti itu. 
Oh iya Ayah, raporku ada di dalam tas, nilainya jelek, maaf ya. 
Silahkan ayah lihat, jangan lupa ditandatangani. 
Besok guru ingin bicara dengan ayah tentang nilai raporku, jangan marah ya.  Kalau ayah tidak marah melihat nilai raporku, aku sedang bermain di rumah  sebelah, aku tunggu yah? 
Love you Daddy. 

"Lucy....... ...!" John berteriak dan lari ke rumah tetangganya, ia akan  mengitik habis anaknya yang 'keterlaluan' itu. 

Lega rasanya hati John. Konyol tapi melegakan.  Tidak seperti kebanyakan ayah yang sedih melihat rapor anaknya yang buruk,  hati John justru berbunga-bunga karena ia tidak kehilangan anaknya. 

Memang kali ini, keterlaluan sekali becanda anak gadisnya! 
Sebenarnya Lucy hanya ingin agar ayahnya tidak marah melihat rapornya yang  buruk, untuk membuat masalah rapor buruk terlihat kecil ia membuat gambaran  masalah besar yang mungkin terjadi sehingga masalah yang ada jadi terlihat  kecil. 

Ini sebenarnya adalah seni bersyukur dan seni berkomunikasi dengan diri. 

Kalau Anda ingin bersyukur atas kesulitan yang kita terima maka kita  sebaiknya membayangkan kesulitan lebih besar yang mungkin bisa kita alami. 

Dengan demikian kita bisa menghindari diri dari stres atau kegalauan yang  berkepanjangan. 
Masalah kekecewaan hati atau rasa tidak bersyukur biasanya tidak  berhubungan dengan uang tapi lebih karena penerimaan hati. 

Orang yang tidak bersyukur biasanya FOKUS PADA YANG TIDAK DIPUNYAI  sedangkan ORANG BERSYUKUR FOKUS PADA YANG DIMILIKI. 

Memang apa yang dilakukan Lucy pada Ayahnya John agak keterlaluan, tapi itu  gambaran dramatis tentang bagaimana bisa membuat diri kita bersyukur apa  adanya. 

Sudahkan Anda bersyukur hari ini? 

Oleh : Isa Alamsyah

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar