Minggu, 07 Maret 2010

Kesabaran dan Penguasaan Diri

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).

Berisik dan ngga tau diri! Itulah respon saya pertama kali, mendengar tetangga sebelah tempat tidur istri saya dirawat di kamar di rumah sakit siang ini. Sudah tahu ini rumah sakit tempat orang sakit untuk dirawat beristirahat dan butuh ketenangan, satu pasang suami istri di sebelah saya ini terus berbicara dengan suara yang lumayan keras dan ngga peduli orang lain di sampingnya.

Membuka resleting tas dan dompet dengan seenaknya sendiri yang menimbulkan suara gaduh, menaruh barang-barang yang ada dengan keras, pintu kamar dan kamar mandi yang dibuka dan ditutup seenaknya sendiri dengan suara keras, dering mainan di hape yang tidak dikecilkan.. Seolah-olah hanya mereka sendiri yang menempati kamar ini..

Hmm.. Saya baru berpikir apa mungkin mereka ini berasal dari desa tertinggal dan baru datang pertama kalinya di kota dan dirawat di rumah sakit.. Saya berpikir, bila situasinya berbalik. Mereka butuh istirahat dan suasana tenang, bila saya perlakukan seperti itu, apa tindakan mereka.. Apa yang akan mereka katakan kepada saya..

Dalam hidup bersosial di lingkungan masyarakat, kita selalu akan menemukan situasi yang kurang lebih intinya sama. Ada orang yang seenaknya sendiri, ngga peduli bagaimana penderitaan orang..

Bagi mereka, ini hak hidup mereka, jadi terserah mereka mau berbuat apa saja, ngga peduli sekalipun tindakan yang mereka perbuat itu dapat merugikan kehidupan orang lain. Sekalipun memang benar adalah hak mereka, tapi ada satu statement / pernyataan yang saya ngga bisa lupakan dari teman saya.

"Kebebasan kita ditentukan oleh keberatan hati nurani orang lain."

Di tengah rasa jengkel saya, saya sudah batuk-batuk menyindir ngga ada tanggapan, ayat di atas melintas di kepala saya. Hmm.. Muncul dua pilihan bagi saya. Saya bisa datang ke tetangga saya dan menegur baik-baik tetangga saya tersebut atau saya diamkan saja ngga usah dianggap. Dan, akhirnya saya memutuskan untuk mengambil keputusan kedua.

Ini yang mau saya share di dalam kehidupan Saudara.

Dunia yang kita hidupi sekarang memiliki prinsip, yang dimana saya lihat prinsip ini semakin menguat dan menonjol. Prinsip itu adalah egois dan mau seenaknya sendiri.

Di dalam kejadian yang saya hadapi, mungkin tetangga saya memiliki prinsip ini.. Saya di rumah sakit ini saya bayar memakai uang. Jadi terserah saya dong, saya mau ngapain saja. Saya mau berbicara keras, mau main hape, urusan saya. Tetangga saya ini lupa! Saya juga bayar memakai uang. Dan dia tidak sendirian di kamar ini.

Menghadapi kasus-kasus orang seenaknya sendiri ini, ayat di atas lah jawabannya,

"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32).

Mengalah bukan berarti kalah. Dengan berdiam diri dan sabar bukan berarti kita diinjak-injak. Halo? Bukankah dunia tidak memiliki prinsip tersebut? Jangan mau kalah! Balaslah kejahatan dengan kejahatan, bila perlu yang lebih jahat! Jangan diam saja, harga dirimu dihina dan diinjak-injak orang. Ini hakmu, kamu bisa bebas kan mau berbuat apa saja? Ini juga hidupmu, peduli apa sama orang lain di sekitarmu?

Ijinkan kata-kata Amsal Salomo tersebut bergema di dinding ruang hati Saudara. Ijinkan dan beri kesempatan kesabaran dan penguasaan diri, yang dimana sebagai buah Roh ( Galatia 5:22-23 ), bertumbuh dan berbuah di dalam hidup saudara.

Kita tidak dapat menunggu orang itu berubah dulu, merubah sikapnya yang menjengkelkan, baru kita mau untuk sabar dan menguasai diri. Percayalah, ditunggu sampai kapan pun, kalau bukan waktu-Nya Tuhan menjamah dan mengubah hidup orang tersebut, sikapnya dimana pun akan selalu sama.

Yang harus kita lakukan adalah kita mengubah diri kita terlebih dahulu. Mengubah apa yang ada di hati kita. Tahukah saudara bahwa obat / vitamin / pupuk terbaik untuk memunculkan buah kesabaran dan buah penguasaan diri kualitas unggul dan super adalah.. Bertemu dengan orang yang seenaknya sendiri dan menjengkelkan? Ketika Saudara berhasil mengatasi perasaan amarah Saudara, berhasil menguasai dan mengalahkannya..

Maka Saudara akan menjadi lebih hebat dari pahlawan dan lebih dari orang yang merebut kota. Sebab musuh terbesar yang sering orang selalu kalah saat melawannya adalah bukan musuh yang tampak dari luar, tetapi musuh yang tampak dari dalam. Yaitu diri orang itu sendiri.

Ingatlah ayat firman di atas dan di bawah ini ketika Saudara ketemu dengan orang yang sangat menjengkelkan dan hati Saudara dipenuhi amarah yang siap untuk mau meledak di dalam kehidupan Saudara..

"Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:19-20).

Mari kita menjadi orang-orang yang jauh lebih hebat dari pahlawan dan merebut kota. Jangan jadikan ayat di atas menjadi ayat firman yang hanya tertulis di Alkitab kita tanpa ada dampak apa-apa. Mari jadikan ayat itu berdampak di dalam kehidupan kita. Menjadi pelaku firman. Menjadi orang yang memiliki kehidupan yang diubahkan oleh firman dan mengubahkan orang lain.

Jangan pernah menyerah untuk terus memberi yang terbaik dan Tuhan Yesus memberkati kehidupan Saudara. Amin.

But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar