Sabtu, 23 Juli 2011

Kapas Yang Terbang

Alkisah ada seorang pengusaha sukses, beliau memiliki kekayaan yang melimpah ruah, keluarga yang harmonis dan  sahabat yang setia.

Sebagai pengusaha, beliau harus berkeliling ke berbagai macam daerah dan negara untuk kemajuan perusahaannya.  Namun di satu saat pengusaha ini terkontaminasi dengan budaya berjudi.  Awalnya hanya sekedar mencoba, namun dari sekedar mencoba menjadi
suatu kecanduan, rasa penasaran untuk ingin menang membuat pengusaha ini terus menerus larut dalam kehidupan berjudi hingga tanpa disadari kekayaan yang sudah dikumpulkan dengan jerih payah sekian lama habis.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa sang pengusaha memiliki kebiasaan buruk : BERJUDI.

Untuk menutupi kesalahannya maka sang pengusaha mengungkapkan bahwa alasan dirinya bangkrut adalah karena ditipu oleh sahabatnya sendiri. Berita itu pun bergulir dari hanya segelintir orang, cerita tersebut bersambung ke yang lain, Hingga seluruh daerah mengetahui akan berita tersebut, Semua orang bersimpati terhadap sang pengusaha itu, Dan menyalahkan sang sahabat pengusaha atas kemiskinan sang pengusaha, Sang sahabat mengetahui tentang berita tersebut, Sang sahabat sedih dan kemudian jatuh sakit, Semakin hari semua orang memandang sinis, dan menjauhi sahabat pengusaha tersebut, keadaannya semakin hari semakin memburuk.
Sang pengusaha kemudian mendapat kabar bahwa sang sahabat sakit keras, Sang pengusaha pun terkejut dan segera mengunjungi sahabatnya.

Sang pengusaha terkulai lemas saat melihat kondisi sahabatnya yang lemah dan tak berdaya di pembaringan, Sang pengusaha tidak menyadari jika dampak kabar bohong yang diciptakannya  utnuk melindungi dirinya ternyata melukai hati sahabatnya.

Sang pengusaha sadar akan kesalahannya, Sang pengusaha merasa malu dan meminta maaf.
Sang pengusaha bertanya " Sahabat ku apakah ada yang dapat kulakukan untuk menebus kesalahan ku?"

Dengan lemah sang sahabat berkata :
" Ambillah bantal dan naiklah ke atap rumah, di atas atap tersebut
bukalah kain bantal tersebut dan keluarkan kapasnya, lalu tebarkanlah kapas-kapas tersebut secara perlahan-lahan hingga kapas itu habis."
Sang pengusaha melakukan permintaan sahabatnya tersebut, dan setelah selesai sang pengusaha mendekati sahabatnya dan bertanya :
"Aku sudah melakukannya, adakah permintaan mu yang lain?"
Sang sahabat berkata :
" ya, kumpulkanlah kembali kapas-kapas yang telah kau tebarkan tadi."
Sang pengusaha berkata :
" Maaf sahabatku, aku tidak dapat mengumpulkannya kembali karena kapas-kapas itu telah terbang terbawa angin."

Sang Sahabat berkata :
"Demikian juga berita bohong yang telah engkau sebarkan, engkau tidak
dapat menariknya kembali bukan?"
Sang Pengusaha terdiam, lalu memeluk sahabatnya dan berkata :
"terimakasih sahabat ku, meskipun aku telah berbuat jahat kepada mu tetapi engkau masih mengajarkan kepada ku pelajaran tentang kehidupan,aku berjanji akan memperbaiki kelakuan ku dan keadaan ini semampu diriku."

Good readers:
Memang sulit untuk mengakui kesalahan yang sudah kita perbuat,lebih baik hidup secara ksatria, dan bertanggungjawab atas kehidupan yang kita lakukan dibandingkan dibawah bayang-bayang perasaan seorang pengecut, Ada pepatah mengatakan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, Seperti cerita diatas kabar berita bohong yang kita sebarkan berakibat dapat membuat reputasi orang lain dan nama orang lain tercemar, Jika sudah tercemar apakah yang bisa kita lakukan??
Apakah kita bisa menarik kembali berita bohong tersebut dan membersihkan kembali nama baik yang sudah tercemar itu? …..rasanya tidak….

Oleh sebab itu alangkah lebih baik jika kita mampu menceritakan sisi kebaikan/ sisi positif seseorang lebih banyak dibandingkan sisi  negatifnya.

Diambil dari buku : 18th Wisdom & Succes Andrie Wongso

"If ever there is tomorrow when we're not together.. there is something you must always remember. you are braver than you believe, stronger than you seem, and smarter than you think. but the most important thing is, even if we're apart.. i'll always be with you." - Winnie the Pooh-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar