Sebuah kesaksian, yang menurut saya adalah kesaksian seorang pahlawan iman yang mewariskan warisan iman, tidak hanya kepada istri dan anak-anak yang dia tinggalkan saja tetapi juga kepada kita semua yang mendengar kesaksian hidupnya.
Nama orang ini adalah pak Budi. Pak Budi ini adalah seorang biasa yang cinta Tuhan dan masa mudanya dia isi dengan melayani Tuhan di gerejanya. Nah, pak Budi jatuh cinta dengan seorang gadis di gerejanya. Tetapi keluarga gadis ini tidak setuju, karena melihat kehidupan pak Budi kurang baik secara pendapatan finansial.
Singkat cerita, mereka menikah, dan ketika mereka memiliki anak, maka anak yang dilahirkan lahir dalam kondisi tuna rungu. Meski demikian, pak Budi tetap berusaha berjuang keras untuk menjadi suami serta ayah yang baik bagi keluarganya.
Lalu ujian itu mulai datang. Ketika pak Budi bekerja dengan baik, tiba-tiba dia mengalami sakit di dadanya. Setelah diperiksakan, ternyata pak Budi mengalami pembengkakan jantung.
Karena terbatasnya biaya, pak Budi tinggal bersama dan dirawat neneknya, istrinya yang bekerja menghidupi anak-anaknya, serta dua minggu sekali menjenguk pak Budi di rumah neneknya (dikarenakan keterbatasan biaya juga, menjenguk sekali dalam dua minggu).
Singkat cerita, pertemuan terakhir sebelum pak Budi meninggal dunia (belum mencapai usia 30 tahun), pak Budi berkata kepada istrinya,
"Saya tidak memiliki apa-apa untuk saya wariskan kepada kamu dan anak-anak. Tetapi saya wariskan nama Yesus. Nama yang sangat berharga dan berkuasa. Saya wariskan kepadamu dan pada anak-anak.." Dan itulah pertemuan terakhir istri pak Budi dengan suaminya.
Hidup yang tragis bukan? Dunia mungkin akan berkata bahwa pak Budi adalah seseorang yang menyia-nyiakan hidupnya. Selama hidup, pak Budi mungkin dinilai kurang sungguh-sungguh bekerja keras dan tidak menjaga tubuhnya dengan baik sehingga terkena penyakit. Mungkin juga kita menuduhnya sebagai orang yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan, sehingga ada penyakit yang hinggap di tubuhnya.
Saudara. Di balik setiap pendapat yang kita miliki tentang pak Budi, kita dapat belajar beberapa hal dari kehidupan dia. Pertama. Pak Budi mewariskan sesuatu yang jauh lebih berharga dan lebih kaya dari sekedar kekayaan materi, yaitu nama Yesus. Kita harus tetap bekerja berjuang memberi yang terbaik. Materi memang penting. Kestabilan dalam finansial di dalam kehidupan memang dibutuhkan.
Tetapi jangan hidup di sana tanpa Tuhan Yesus. Karena hati dan mata kita tak akan pernah puas untuk mengejar materi (Amsal 27:20). Hati kita hanya dapat diisi dan dipuaskan oleh Tuhan Yesus, melalui hubungan yang erat dengan-Nya melalui doa dan membaca firman-Nya.
Ketika mewariskan nama Yesus, pak Budi tidak hanya sekedar berkata-kata pasrah karena mungkin tidak ada lagi yang bisa diwariskan. Tetapi pak Budi percaya dan memiliki keyakinan yang teguh terhadap imannya kepada nama Yesus, kepada pribadi Yesus itu sendiri yang memampukan dan memberi kekuatan pada pak Budi untuk berjalan di dalam kehidupan, hari demi hari dan menjadi pemenang di dalam kehidupan tersebut.
Pelajaran pertama berbicara tentang warisan terbaik yang orang tua dapat berikan kepada anak-anak mereka adalah mengikut-sertakan Tuhan Yesus di dalam setiap aspek kehidupan mereka, termasuk di dalam pengelolaan finansial mereka serta nilai-nilai kebenaran firman Tuhan yang dimana kita jadi pelaku firman.
Menjadi pemenang disini bukan berarti hidup enak dan penuh kelimpahan. Pelajaran kedua yang kita bisa belajar adalah menjadi pemenang tidak harus doa permintaannya dikabulkan oleh Tuhan. Oh ya! Ini benar. Selama ini kita memiliki pola pikir bahwa pemenang kehidupan, pahlawan iman adalah seorang yang berdoa dan meminta kepada Tuhan dan doanya dijawab.
Kita memiliki pola pikir, kalau doanya tidak dijawab berarti hidupnya kurang benar di hadapan Tuhan. Ada dosa yang belum dibereskan. Tuhan tidak berkenan kepada orang itu.
Masih ingat tentang kisah kehidupan Paulus? Di dalam 2 Korintus 12:7-9 diceritakan bahwa Tuhan memberikan sebuah 'duri' di dalam tubuh Paulus dan Paulus sendiri sudah berseru tiga kali (tentunya kita percaya bukan sekedar seruan biasa).
Tetapi Tuhan hanya menjawabnya "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 12:9). Apakah kita berani menuduh Paulus memiliki hidup yang kurang benar dan ada dosa yang belum dibereskan? Tidak tentunya.
Sama dengan kehidupan pak Budi juga. Saya percaya beliau tidak hanya berseru tiga kali, saya percaya beliau berkali-kali berdoa meminta kesembuhan. Berkali-kali meminta doa agar keluarganya diberkati. Berdoa agar anaknya juga disembuhkan. Tetapi apakah Tuhan menjawab doanya?
Saya percaya jawaban yang Tuhan berikan kepada pak Budi adalah jawaban yang memampukan dia untuk berpesan dan mewariskan nama Yesus kepada istri dan anak-anaknya. Jawaban dari Tuhan adalah jawaban yang mempercayakan Nama-Nya sendiri kepada orang-orang yang memiliki hubungan karib dengan-Nya.
Tentunya satu hal yang harus kita ingat dan perhatikan. Hukum tabur-tuai (Galatia 6:7). Pak Budi adalah seorang yang sudah berjuang keras memberi yang terbaik. Dia sudah melakukan bagian yang harus dia lakukan semaksimal mungkin.
Dan ini yang akan menjadi pelajaran ketiga kita. Lakukan apa yang menjadi tugas dan bagian kita sebaik mungkin dan biar Tuhan yang melakukan apa yang menjadi tugas dan bagian-Nya. Tugas dan bagian pak Budi adalah bekerja dan memberi yang terbaik. Tugas dan bagian pak Budi adalah tetap bersyukur dan tetap setia mengiring Tuhan Yesus.
Tahukah saudara tentang lagu yang reff syairnya berbunyi, "Smua baik. Smua baik. Apa yang Kau lakukan di dalam hidupku. Smua baik. Smua baik. Kau jadikan hidupku berarti." Lagu itu diciptakan oleh pak Budi, tidak di dalam keadaan sehat dan riang gembira hatinya. Tetapi di dalam keadaan sakit.
Ketika saudara menyanyikan lagu tersebut dari awal, saudara dapat belajar tentang bagaimana persembahan syukur dan kesetiaan dinyanyikan di dalam sebuah lagu "Semua baik". Apa saja yang Tuhan sudah lakukan di dalam kehidupan kita adalah baik adanya. Tentunya kita juga harus koreksi diri, bertobat segera kalau apa yang kita alami sekarang adalah akibat dari dosa kita.
Warisan apa yang saudara bagikan bagi keluarga saudara? Sekali lagi, tidak salah saudara ingin membahagiakan istri dan anak-anak saudara. Tetapi jangan hanya memberikan warisan materi kepada mereka. Materi kita terbatas dan tidak abadi. Sertakan Tuhan Yesus di dalam hidup mereka.
Di setiap kesempatan, berbagilah dengan mereka tentang kebaikan Tuhan, tentang semua yang saudara dapat hanya karena berkat dari Tuhan. Wariskan iman kepada Tuhan Yesus, iman yang tetap teguh dan tetap setia mengiring Tuhan Yesus, di situasi dan kondisi apapun yang kita alami.
Lakukan tugas dan bagian kita dengan baik dan setia, biar Tuhan yang melakukan tugas dan bagian-Nya. Tetap rendah hati, memberi perpuluhan bagi Tuhan dan memberi kepada yang berkekurangan. Ingatlah bahwa berkat yang ada pada kita itu bukan karena hikmat kekuatan kita. Tetapi karena berkat Tuhan. Semua hanya karena kasih karunia-Nya saja. Amin.
Tuhan Yesus memberkati.
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar