Pada suatu hari minggu, saat masuk ruang ibadah, saya merasakan suasana yang berbeda. Ada udara sejuk menerpa wajah saya, serasa seperti di sorga. Ternyata tepat di atas kepala kami tergantung sebuah kipas angin.
Sembari mengikuti ibadah, jemaat bertanya-tanya darimana asalnya. Di akhir ibadah, Bapak Pendeta mengucapkan terima kasih kepada seorang jemaat, yang tidak mau disebutkan namanya, karena telah membantu gereja membeli kipas angin itu. "Menurutmu siapa orang itu?", tanya ibu saya. Dia kemudian tersenyum dan berkata, "Orang itu adalah ayahmu."
Saat ini seluruh jemaat mungkin sudah lupa dengan misteri datangnya kipas angin itu, tetapi saya tetap merasa bangga ketika mengingat pemberian ayah itu. Meski apa yang diberikannya bukanlah sesuatu yang luar biasa, tetapi cukup bermakna dan mendarat manis dalam ingatan dan hati saya.
Menjadi Teladan.
Saya mendengar cerita tentang persembahan janda miskin (Luk 21:1-3) ratusan kali, tapi tidak pernah senyata pengalaman "kipas angin" itu. Deborah Spaide, penulis "Teaching Your Kids to Care: How to Discover and Develop the Spirit of Charity in Your Children" mengatakan bahwa dorongan kuat bagi anak untuk mulai belajar memberi ketika mereka melihat teladan nyata.
Supaya anak Anda bisa memberi dengan sukacita dan murah hati, harus dimulai dari diri Anda sendiri.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan antara lain: mengajak seluruh keluarga menjadi sponsor untuk sekolah anak yatim atau mendukung pekerjaan misi. Biarkan anak-anak memasak bersama Anda ketika mempersiapkan sarapan untuk teman yang sakit atau kue untuk tetangga yang sudah tua. Bantu anak Anda memilih dan memilah bajunya sendiri, yang masih layak pakai, untuk disumbangkan kepada orang lain. Rayakan ulang tahun dengan kegiatan sosial seperti berkunjung ke panti asuhan.
Bantu dan belikan anak Anda sebuah tabungan untuk dia bisa menyisihkan sebagian uangnya untuk kegiatan sosial. Ajarkan prinsip "buah sulung" supaya anak selalu mendahulukan Tuhan di atas segalanya. Perkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang murah hati dengan membaca buku cerita atau mengunjungi museum.
Bertanyalah kepada mereka setelah melakukan kegiatan sosial, seperti "Apa yang kamu rasakan setelah memberi?", "Apakah kamu mau memberi lagi lain kali?", "Apakah kamu mempunyai ide bagaimana kita bisa membantu orang lain?". Teladan Anda lebih penting daripada ucapan Anda. Tidak hanya bagi anak Anda tetapi juga untuk membangun karakter Anda. Tuhan Yesus memberkati.
Sumber: Artikel Gereja.
Dari: Carolyn MacInnes, Focus on the Family.
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar