Ayat diatas mengajak kita untuk meneliti dan memeriksa hidup kita. Kita suatu saat perlu diperiksa apakah kita masih hidup dalam jalur yang benar atau tidak.
Beberapa tahun yang lalu saya bekerja pada beberapa industri sebagai staff Quality Assurance. Salah satu tugas saya adalah menjamin peralatan/alat ukur yang digunakan dalam proses produksi pembacaan pengukurannya berada dalam batas toleransi yang telah ditentukan.
Agar kita bisa menjamin pembacaan alat ukur tersebut tidak menyimpang maka dalam waktu tertentu alat tersebut harus di teliti dan diperiksa kembali atau istilahnya disebut di kalibrasi kembali. Kalibrasi bisa dilakukan perbulan, pertiga bulan atau perenam bulan.
Hal yang sama perlukan juga dilakukan terhadap manusia. Manusia adalah mahluk yang senantiasa memiliki perangai yang bisa berubah setiap waktu. Sifat manusia terkadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya atau situasi yang sedang terjadi pada saat itu. Contohnya seperti saat ini kita sedang dilanda krisis global. Tanpa disadari banyak orang yang memiliki perangai yang berubah. Yang tadinya mungkin banyak bicara jadi pendiam, yang tadinya mungkin penuh sukacita jadi pemurung. Itu masih mendingan, yang paling ditakutkan adalah yang tadinya takut akan Tuhan menjadi tidak takut akan Tuhan. Dalam berusaha jadi menghalalkan segala cara.
Salah satu perangai manusia yang umum adalah suka mengkritik. Orang farisi dan ahli taurat adalah orang yang memiliki perangai suka mengkritik, suka menilai kehidupan orang lain. Kalau kritik didasari oleh motivasi yang benar yaitu untuk kemajuan bersama itu adalah hal yang baik dan benar. Tetapi banyak orang mengkritik bukan karena bermaksud untuk membangun tetapi hanya untuk menunjukkan ketidak setujuan atas apa yang diperbuat orang lain, ada kritik karena ingin menunjukkan bahwa dia lebih memahami masalah itu dari pada yang dikritik. Adapula kritik karena iri dengki. Ketika ia melihat kemajuan orang lain hatinya membara karena dibakar oleh roh iri hati, akibatnya muncullah kritik dari mulutnya. Saya tidak mengatakan kritik itu tidak boleh, tapi biarlah kritik yang disampaikan itu didasari oleh motivasi yang benar yaitu untuk membangun.
Lukas 6:41 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?
Ayat diatas diucapkan langsung oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata demikian karena Dia banyak sekali menerima kritik dari orang-orang Yahudi terutama orang farisi dan para ahli taurat. Yesus melihat motivasi yang negatif dari kritikan mereka. Karena iri hati dan dengki mereka mengkritik pelayanan Yohannes pembabtis dan Tuhan Yesus. Bahkan mereka mengatakan muzizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus berasal dari kuasa penghulu setan Beelzebul (Matius 12:24).
Kritik yang timbul karena dengki, iri hati itu amat berbahaya terlebih lagi jika yang dikritik itu hamba Tuhan. Sekarang ini banyak jemaat yang tidak segan-segan lagi menyampaikan kritik terhadap gembalanya. Sekali lagi yang saya maksud disini adalah kritik yang timbul dari motivasi yang negatip. Mereka selalu mencari kelemahan Gembalanya dan ketika ditemukan mereka langsung mengkritik dan menyebarkan ke orang lain. Saya berkata ini bukan karena saya seorang gembala, saya hanya jemaat biasa.
Perlu kita ketahui bahwa mengkritik hamba Tuhan akan berdampak besar bagi si pengkritik. Bukan hanya bagi dia, bagi gereja juga akan berpengaruh. Banyak gereja yang pecah oleh karena kritikan. Gembala dan jemaat saling gontok gontokan.
Suatu ketika Harun dan Miryam tidak senang kepada Musa. Mereka mengkritik Musa karena perempuan Kush yang diambil sebagai istrinya. Kritik itu meningkat sampai ketahap cemooh. Hal ini dapat kita baca di kitab Bilangan 12. Bahkan mereka berani meninggikan diri dengan berkata "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" (Bilangan 12 : 2). Namun Musa tidak marah karena dia memiliki hati yang lembut, bahkan dalam Bilangan 12:3 dikatakan kelembutan hatinya melebihi setiap manusia yang ada dimuka bumi.
Walau Musa diam namun Tuhan tidak tinggal diam, Tuhan datang sebagai pembela bagi Musa. Tuhan marah kepada Harun dan Miryam. Sebagai akibatnya Miryam kena penyakit kusta. Peristiwa ini mengingatkan kita untuk tidak berlaku ceroboh terhadap hamba-hamba Tuhan. Kita harus berhati-hati dalam berkata-kata. Bagaimanapun mereka adalah hambat Tuhan, Tuhanlah yang berhak menghakimi mereka bukan kita.
Peristiwa ini pun dapat kita tarik pelajaran bahwa jika terjadi hal yang tidak baik bagi kita mungkin ada sesuatu yang salah kita lakukan.
Pada zaman nabi Hagai orang israel kembali mengalami krisis ekonomi, itu dapat kita baca di Hagai 1 dan 2. Mereka bekerja keras namun hasilnya sedikit. Namun mereka tidak menyadari kenapa krisis itu terjadi. Mereka hanya sibuk dengan urusannya tanpa memikirkan rumah Tuhan yang tinggal puing-puing. Tuhan marah dan membiarkan krisis itu terjadi. Sampai suatu ketika Tuhan menyadarkan mereka bahwa krisis itu terjadi karena mereka sendiri. Syukurlah Tuhan masih mau bermurah hati dan menyadarkan mereka. Bagaimana seandainya tidak? Bukankah mereka akan tetap berkelanjutan dalam krisis? Bahkan mungkin bertambah parah?
Tapi ketika mereka sadar dan setelah berbalik kepada Tuhan akhirnya mereka dapat lepas dari krisis, bahkan berlimpah. Oleh sebab itu marilah kita memeriksa hidup kita dan berbalik kepada Tuhan sehingga kita dapat melalui krisis ekonomi yang sedang melanda kita. Tuhan Yesus memberkati.
Sumber : Renungan Kristen
♡ ◦°˚G☺d♡BlĪµ§§ U◦°˚♡
But they that wait upon the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings as eagles; they shall run, and not be weary; and they shall walk, and not faint. (Isaiah 40:31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar